laku-laki yang senang bermain prempuan kerap sekali dalam masyarakat
kita mendapat julukan mata keranjang atau hidung belang. Konteks ini
sangat jauh dari maknanya. Namun mengapa disebut demikian? berikut
penjelasannya
Mata Keranjang
Isitilah 'mata keranjang' berasal dari bahasa Arab yang disalah pahami.
Awalnya, "mata keranjang" ditulis dalam tulisan Arab gundul, yang
terdiri dari huruf mim digandeng dengan alif, dan ta [dibaca: mata].
Selanjutnya, kaf digandeng dengan ra, kemudian menyusul jim dan ngain
yang saling berangkai. Karena huruf "kaf" disatukan dengan "ra", maka
orang Indonesia pun membacanya "keranjang". Pada masa itu, kata depan
"ke" sering digabung penulisannya dengan kata yang mengikutinya, yaitu
"ranjang". Hasilnya, jadilah istilah berbahasa Arab ini dibaca "Mata
Keranjang". Padahal kalau diterjemahkan sesuai dengan Ejaan Yang
Disempurnakan [EYD], seharusnya dibaca "Mata ke Ranjang".
Selain itu, makna sebenarnya dari istilah ini adalah seorang laki-laki
atau perempuan yang saking terpesonanya melihat lawan jenisnya, maka
pikirannya selalu mengarah "ke ranjang"
Hidung Belang
Istilah ini muncul pertama kali di Jakarta [Batavia] pada awal zaman
penjajahan Belanda, tepatnya sekitar abad ke-17. Pada saat itu,
orang-orang Belanda yang datang ke Indonesia hanya para laki-lakinya.
Mereka belum membawa istri dan keluarga karena Indonesia adalah tanah
jajahan yang baru bagi mereka. Tak heran, mereka sering dilanda rindu
pada istri. Hal ini mendorong mereka mengambil perempuan pribumi untuk
dijadikan istri simpanan sementara.
Salah satu perempuan Indonesia yang terlibat skandal dengan laki-laki
Belanda, bernama Saartje Specx. Saartje adalah anak angkat seorang
pejabat Belanda, Jan Pieterzoon Coen. Adapun kekasih gelapnya adalah
seorang perwira gubernur jendral Belanda yang bernama Pieter
Cortenhoeff.
Pada suatu ketika, mereka berdua tertangkap basah sedang bercumbu
dikamar bapak angkat Saartje, Coen. Tentu saja Coen sangat marah. Ia
menuduh si pemuda melakukan zina, dan melaporkan perbuatannya kepada
pihak berwajib. Keduanyapun ditahan.
Pada akhirnya, Pieter Cortenhoeff dinyatakan bersalah dan dijatuhi
hukumuan gantung di tengah kota. Namun sebelum menjalani hukuman, hidung
pemuda Belanda itu dicorengi arang hingga tampak belang. Sejak itu,
semua orang yang tertangkap basah sedang berzina, ditangkap dan
dicorengkan arang pada hidung / wajahnya.